Pengindraan Jauh (Remote Sensing)
1. Pengertian
penginderaan jauh
Penginderaan
jauh atau inderaja (remote sensing) adalah seni dan ilmu untuk mendapatkan
informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa terhadap data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah
ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
Hasil
perekaman oleh alat yang dibawa oleh suatu wahana ini selanjutnya disebut
sebagai data penginderaan jauh. Lindgren(1985 dalam Sutanto, 1987)
mengungkapkan bahwa penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan
untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi, infomasi ini khusus berbentuk
radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh
terdiri atas 3 komponen utama yaitu obyek yang diindera, sensor untuk merekam
obyek dan gelombang elektronik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan
bumi. Interaksi dari ketika komponen ini menghasilkan data penginderaan jauh
yang selanjutnya melalui proses interpretasi dapat diketahui jenis obyek area
ataupun fenomena yang ada.
Demikian
pula halnya dengan penggunaan sensor yang di bawa oleh berbagai wahana juga
mengalami peningkatan baik dalam jenis sensor yang digunakan maupun tingkat
kedetailan hasil penginderaan. Satelit pertama yang berhasil diluncurkan dalam
rangka monitoring sumber daya bumi adalah satelit ERTS (Earth Resources
Technology Satelite) yang diluncurkan pada tahun 1972. Hingga saat ini telah
ratusan jenis satelit dengan berbagai tingkat ketelitian dan berbagai panjang
gelombang digunakan untuk berbagai kajian permukaan bumi.
Beberapa
contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah:
1) Identifikasi
penutupan lahan (landcover)
2)
Identifikasi dan monitoring pola
perubahan lahan
3)
Manajemen dan perencanaan wilayah
4)
Manajemen sumber daya hutan
5)
Eksplorasi mineral
6)
Pertanian dan perkebunan
7)
Manajemen sumber daya air
8)
Manajemen sumber daya laut
Secara
umum dapat dikatakan bahwa penginderaan jauh dapat berperan dalam mengurangi
secara signifikan kegiatan survey terestrial dalam inventarisasi dan monitoring
sumberdaya alam.
2. Komponen
penginderaan jauh
a. Sumber Tenaga
Pengindraan jauh harus memiliki tenaga untuk memantulkan atau memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang biasanya digunakan adalah tenaga elektromagnetik dari matahari serta tenaga buatan. Perbedaan sumber tenaga inilah yang menghasilkan istilah penginderaan jauh sistem pasif (tenaga pantulan matahari) dan pengindraan jauh sistem aktif (tenaga pancaran buatan).
b. Atmosfer
Energi dari matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi. Atmosfer mempunyai fungsi untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari yang datang (selektif terhadap panjang gelombang). Bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi disebut dengan "jendela atmosfer". Kondisi demikian ini dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi, sehingga akan menghalangi interaksi antara tenaga dan objek dalam sebuah sistem penginderaan jauh.
c. Interaksi antara Tenaga dan Objek
Kondisi ini dapat terlihat pada rona yang diperoleh, dimana tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang pantulan ataupun pancaran tenaganya besar akan memiliki rona lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau pancaran tenaganya sedikit akan memiliki rona lebih gelap.
d. Sensor
a. Sumber Tenaga
Pengindraan jauh harus memiliki tenaga untuk memantulkan atau memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang biasanya digunakan adalah tenaga elektromagnetik dari matahari serta tenaga buatan. Perbedaan sumber tenaga inilah yang menghasilkan istilah penginderaan jauh sistem pasif (tenaga pantulan matahari) dan pengindraan jauh sistem aktif (tenaga pancaran buatan).
b. Atmosfer
Energi dari matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi. Atmosfer mempunyai fungsi untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari yang datang (selektif terhadap panjang gelombang). Bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi disebut dengan "jendela atmosfer". Kondisi demikian ini dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi, sehingga akan menghalangi interaksi antara tenaga dan objek dalam sebuah sistem penginderaan jauh.
c. Interaksi antara Tenaga dan Objek
Kondisi ini dapat terlihat pada rona yang diperoleh, dimana tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang pantulan ataupun pancaran tenaganya besar akan memiliki rona lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau pancaran tenaganya sedikit akan memiliki rona lebih gelap.
d. Sensor
Komponen ini berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari
suatu objek. Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan
istilah resolusi spasial. Atas dasar proses perekamannya, sensor dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu Sensor Fotografik, dan Sensor Elektronik.
e.
Data Input
Komponen ini dalam bentuk perolehan data yang dapat dilakukan secara manual
visual, dan secara numerik atau digital. Contoh cara manual yaitu dengan
melakukan interpretasi foto udara secara visual, sedangkan cara numerik atau
digital yaitu dengan mengambil data digital melalui komputer.
f.
Pengguna Data
(User)
Tingkat keberhasilan sistem penginderaan jauh ditentukan oleh pengguna data
(user). Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil ideraja menjadikannya
sebagai komponen yang sangat penting untuk mendapatkan manfaat langsung dari
sistem ini. Para user akan sangat membutuhkan sebuah data penginderaan jauh
yang terperinci dan handal.
3. Prinsip
perekaman sensor
Prinsip perekaman
sensor Prinsip perekaman oleh sensor dalam pengambilan data melalui metode
penginderaan jauh dilakukan berdasarkan perbedaan daya reflektansi energi
elektromagnetik masing-masing objek di permukaan bumi. Daya reflektansi yang
berbeda-beda oleh sensor akan direkam dan didefinisikan sebagai objek yang
berbeda yang dipresentasikan dalam sebuah citra.
4. Sistem
penginderaan jauh
Ø Citra
penginderaan jauh
Citra Foto merupakan gambaran rekaman suatu objek yang dihasilkan sensor kamera. Terdapat beberapa alasan yang melandasi penggunaan
citra penginderaan jauh yaitu :
1.
Citra
menggambarkan objek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan
letaknya yang mirip dengan permukaan bumi.
2.
Citra
menggambarkan objek, daerah dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah
yang luas dan permanen.
3.
Dari jenis
citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya
dilakukan dengan stereoskop.
4.
Citra dapat
dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
terestrial.
Citra foto dapat dianlisis secara visual digital.
A. Citra
visual dibedakan
berdasarkan :
ü Spektrum Elektromagnetik yang
digunakan, terdiri :
Ø Foto ultra violet : foto
yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra violet dekat dengan panjang
gelombang 0,29 mikrometer.
Ø Foto ortokromatik : foto
yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga
sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).
Ø Foto pankromatik : foto yang
dengan menggunakan spektrum tampak mata.
Gambar Foto Pankromatik
ØFoto infra merah :
terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi
(infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan
saluran hijau.
Gambar Foto Inframerah
ü Sistem
wahanam ;
Ø Foto
satelit, dibuat dari satelit
Ø Foto
udara dibuat dari pesawat udara atau balon udara
ü Sumbu
kamera
Ø Foto
vertical (ortho photograph), yaitu foto yang dibuat tegak lurus terhadap permukaan
bumi.
Ø Foto
condong (oblique photograph), adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut
terhadap garis tegak lurus di permukaan bumi
Ø Foto
sangat condong adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut sangat besar,
sehingga daerah yang terpotret memperlihatkan cakrawala
ü Berdasarkan
sudut pandang kamera;
Ø Sudut
normal, jika besar sudut pandangnya 600, dengan panjang focus 17-21 cm.
Ø Sudut
besar, jika besar sudutnya 950 dengan focus 10-15 cm
Ø Sudut
sangat besar, sudut pandang sebesar 1200 , dan focus 17-88 cm.
ü Berdasarkan
jenis kamera
Ø Foto
tunggal, dibuat dengan kamera tunggal
Ø Foto
jamak, dibuat dengan beberapa kamera pada saat yang sama
ü Berdasarkan
warna :
Ø Foto
warna semu (false color)
Ø Foto
warna asli (true color)
B. Citra
Digital
Citra digital yaitu
citra yang diperoleh dari pemotretan kamera tunggal dengan berdasarkan atas
penyinaran denan scanner untuk menghasilkan gambarnya. Macam citra digital :
ü Berdasarkan
wahana :
Ø
Citra dirgantara (dari udara), missal ;
citra infra merah thermal, citra radar, citra MSS.
Ø Citra
satelit (dari angkasa luar), missal citra untuk penginderaan planet, cuaca,
sumber daya alam maupun laut.
ü
Berdasarkan spectrum elektromagnetik :
Ø
Citra radar; dibuat dengan spectrum
gelombang mikro
Ø
Citra inframerah: dibuat dengan spectrum
infra merah thermal
Ø
Citra gelombang.
ü
Berdasarkan sensor
Ø
Citra tunggal
Ø Citra
jamak
5. Energi
penginderaan jauh
Gambar Gelombang Elektromagnetik
6. Ciri-ciri data penginderaan jauh
6. Ciri-ciri data penginderaan jauh
Penginderaan jauh membutuhkan 4 karakteristik resolusi dasar (Jensen, 2005) :
a. Resolusi Spasial (Spatial resolution) à ukuran jarak minimum antara
dua objek yang akan kita abaikan untuk diferensiasi dari satu ke yang lain
dalam sebuah gambar.
b. Resolusi Spektral (Spectral resolution) à mengarah ke jumlah dan
ukuran dari band yang mampu di rekam. Sensor Lansat TM mengoleksi tujuh band
spasial termasuk
1.
(1) 0.45–0.52 mm == (blue),
2.
(2) 0.52–0.60 mm == (green),
3.
(3) 0.63–0.69 mm == (red),
4.
(4) 0.76–0.90 mm == (near-IR),
5.
(5) 1.55–1.75 mm == (short IR),
6.
(6) 10.4–12.5 mm == (thermal IR),
7.
(7) 2.08–2.35 mm == (short IR).
c. Resolusi Radiometrik (Radiometric resolution) à kepekaan dari sensor untuk
cahaya masuk, à berupa banyak perubahan
cahaya yang harus ada pada sensor sebelum terjadi perubahan nilai kecerahan
d. Resolusi Temporer (Temporal resolution) à mengarah ke jumlah waktu
yang dibutuhkan sensor untuk kembali ke lokasi pencitraan sebelumnya.
Hal
ini penting untuk mendapatkan citra pengulangan atau pencitraan dekat
pengulangan objek dilokasi yang sama (perubahan fenomena alam).
7. Interpretasi
citra / Potogrametri
Interpretasi citra
adalah perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Didalam
pengenalan objek yang tergambar pada citra
terdapat tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan yaitu deteksi,
identifikasi dan analisis. Interpretasi citra dapat dilakukan secara visual
maupun digital :
1) Interpretasi
visual
Interpretasi visual merupakan Interpretasi data
penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri/karakteristik objek
secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur
interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona/warna, tekstur, situs,
asosiasi dan konvergensi bukti. Untuk itu identitas dan jenis obyek pada citra sangat diperlukan dalam
analisis memecahkan masalah yang dihadapi. Karakteristik obyek pada citra dapat
digunakan untuk mengenali obyek yang dimaksud dengan unsur interpretasi. Unsur
interpretasi yang dimaksud disini adalah :
a. Rona dan warna
Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau
primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah
untuk identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual
menuntut tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan
teknik penajaman citra (enhacement) . Rona merupakan tingkat/gradasi keabuan
yang teramati pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara
hitam-putih. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya
elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relative
lebih kering.
Warna merupakan wujud yang yang tampak mata dengan
menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum elektromagnetik tampak
(Sutanto, 1986). Contoh obyek yang menyerap sinar biru dan memantulkan sinar
hijau dan merah maka obyek tersebut akan tampak kuning. Dibandingkan dengan
rona , perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam mengenali
obyek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra
multispektral.
b. Bentuk
Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat.
Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra
penginderaan jauh. Bentuk mempunyai dua makna yakni :
·
bentuk luar / umum
·
bentuk rinci atau sususnana bentuk yang lebih rinci dan spesifik.
c. Ukuran
Ukuran merupakan bagian informasi konstektual
selain bentuk dan letak. Ukuran merupakan atribut obyek yang berupa jarak ,
luas , tinggi, lereng dan volume (sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan
penyajian penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu.
d. Tekstur
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam
citra (Kiefer, 1979). Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang
kecil, tekstur sering dinyatakan kasar,halus, ataupu belang-belang (Sutanto,
1986). Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang,
tanaman padi bertekstur halus.
e. Pola
Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan
untuk mendiskripsikan tata ruang pada kenampakan di citra. Pola atau susunan
keruangan merupakan ciri yang yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia
dan beberapa obyek alamiah. Hal ini membuat pola unsure penting untuk
membedakan pola alami dan hasil budidaya manusia. Sebagai contoh perkebunan
karet , kelapa sawit sanagt mudah dibedakan dari hutan dengan polanya dan jarak
tanam yang seragam.
f. Bayangan
Bayangan merupakan unsure sekunder yang sering
embantu untuk identifikasi obyek secara visual , misalnya untuk
mengidentifikasi hutan jarang, gugur daun, tajuk (hal ini lebih berguna pada citra
resolusi tinggi ataupun foto udara)
g. Situs
Situs merupakan konotasi suatu obyek terhadap
factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan suatu
obyek. Sirtus bukan ciri suatu obyek secara langsung, teapi kaitanya dengan
faktor lingkungan.
h. Asosiasi (korelasi)
Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiognomi
seragam dan tumbuh pada kondisi habita yang sama. Asosiasi juga berarti
kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik
dengan adanya jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding
permukiman pedesaan. Konvergensi bukti Dalam proses penafsiran citra
penginderaan jauh sebaiknya digunakan unsure diagnostic citra sebanyak mungkin.
Hal ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure diagnostic citra yang
digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu kesimpulan suatu
obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut konvergensi bukti.
i.
Konsep Kovergensi
Konsep konvergensi ini dapat diterapkan pada proses penafsiran citra
Landsat Tm7+ dimana para penafsir memulai pertimbangan umu dilanjutkan ke pertimbangan
khusus pada suatu obyek.
2) Interpretasi
citra digital
Interpretasi citra
digital melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Menginstal
terlebih dahulu Er-Mapper atau ENVI yang merupakan software untuk mengolah
citra.
b. Import
data, mengimpor data satelit yang akan digunakan ke dalam format Er-Mapper.
c. Menampilkan
citra, untuk mengetahui kualitas citra yang akan digunakan. Jika kualitas
cahaya jelek seperti banyak awan maka proses pengolahan citra tidak
dilanjutkan.
d. Rektifikasi
data, untuk mengoreksi kesalahan geometrik sehingga koordinat citra sama dengan
koordinat bumi.
e. Mozaik citra, yaitu menggabungkan beberapa
citra yang saling bertampalan.
f. Penajaman
citra, yaitu memperbaiki kualitas citra sehingga mempermudah pengguna dalam
menginpretasi citra.
g. Komposisi
peta, yaitu membuat peta hasil interpretasi citra dengan menambahkan
unsur-unsur peta seperti simbol, legenda, skala, koordinat dan arah mata angin.
Komentar
Posting Komentar