TITIK LAYU PADA TANAMAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid, 2009).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
1.2  Tujuan pratikum
1.2.1        Untuk mengetahui proses titik layu pada tanaman
1.2.2        Untuk mengetahui kondisi tanah yang digunakan dalam percobaan titik layu
1.2.3        Untuk mengetahui kapasitas lapang




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Air
Air  adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup, sehingga sangat essensial.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105ºC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi maka air tanah dibedakan menjadi :
1.      Air Higroskopis
 Air higraskopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).
2.      Air Kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini bergerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori makro, ditahan pada tegangan antara 1/3 – 15 atm (pF 2,52 – 4,20). Air kapiler dibedakan menjadi:
a.       Kapasitas lapang
Merupakan  air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam, sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapsitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54.
b.      Titik layu permanen
Merupakan kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pada pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman.
3.      Air Gravitasi
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur hara (Hardjowigeno, 1993).
Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian, ransportasi bahkan sampai industri. Air sebagai pelarut universal, memiliki kemampuan ntuk melarutkan berbagai zat, mulai fasa gas dari udara, fasa cair dari berbagai larutan, asa padat dan juga mikroorganisme. Oleh karena itu air banyak sekali mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut, sehingga air sangat sukar diperoleh dalam keadaan murni. Apabila kandungan berbagai zat tersebut tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air dianggap bersih. Air dikatakan tercemar apabila terdapat gangguan  terhadap kualitas air, dimana kandungan berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar zat dalam air berbeda-beda untuk jenis air sesuai peruntukannya. Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri (Saridevi et all, 2013).
Menurut Hanafiah, 2007 bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari:
1)      Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi dimana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
2)      Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
3)      Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas dan mempertahankan turgornya.
4)      Koefisien higroskopis adalah kondisi dimana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah.
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1  Tempat dan waktu
Hari dan tanggal   : Rabu, 5 April 2017
Pukul                     : 13.00 WIB
Tempat                  : Laboratorium Produksi Fakultas Pertanian
  UPN “Veteran” Jawa Timur
3.2  Alat dan bahan
3.2.1        Alat
·         Polybag
·         Cetok
·         Timbangan analitik
·         Oven
3.2.2        Bahan
·         Benih sawi, jagung dan kedelai
·         Tanah
·         Tanah pasir
·         Air
3.3  Langkah kerja
1.      Mengisi 3 polybag dengan tanah, 3 polybag dengan pasir dan 3 polybag dengan perbandingan 1 : 1.
2.      Melubangi 3 tempat secara menyebar pada polybag yang berisikan tanah dan pasir.
3.      Menanam masing-masing benih yang disediakan pada masing-masing polybag sebanyak 3 buah.
4.      Memelihara tanaman sampai berumur 2 minggu.
5.      Memilih dengan cara menyeleksi dan meninggalkan tanaman yang tumbuh normal dan baik sebanyak satu tanaman per polybag.
6.      Memelihara tanaman yang sudah diseleksi selama satu minggu
7.      Mengamati kondisi tanaman yang sudah diperlakukan setiap hari dengan mencatat pada hari ke berapa tanaman tersebut mulai menunjukkan gejala layu.
8.      Sesaat setelah tanaman mulai diketahui layu, kemudian mengambil sampel tanah dari masing-masing polybag dan menimbang berat basah tanah sebesar 100 g.
9.      Memasukkan sampel tanah yang telah diambil kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 80-85ºC selama 48 jam, untuk mendapatkan berat kering.
10.  Menghitung masing-masing tanah untuk mendapatkan kadar air yang hilang dengan rumus :

11.  Membandingkan kadar air tanah dan kadar air pada tanah dan pasir untuk masing-masing jenis tanaman yang diamati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.4  Hasil Pengamatan
NO
Tanggal
Pengamatan dan Perlakuan pada Tanaman
1
22 Maret 2017
Minggu Pertama
Penanaman bibit jagung, sawi, dan kacang hijau.
2
29 Maret 2017
Minggu kedua
Dalam waktu satu minggu, bibit jagung, sawi, dan kacang hijau  mulai tumbuh
3
5 April 2017
Minggu ketiga
Semua bibit yang ditanam dengan media campuran tanah, pupuk, dan pasir sudah mulai tidak boleh disiram
4
12 April 2017
Minggu keempat
Semua tanaman jagung, sawi, dan kacang hijau sudah mengalami titik layu sementara. Yang lebih terlihat adalah pada tanaman sawi.
5
19 April 2017
Minggu kelima
Semua tanaman jagung, sawi, dan kacang hijau sudah mengalami titik layu permanen, yang tidak bisa ditolong lagi/tidak bisa tumbuh kembali.
Pada minggu terakhir ini, kami mulai mengambil sampel tanah untuk ditimbang berat basah dan berat kering setelah perlakuan titik layu tersebut.

3.5  Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, kami menanam bibit jagung, kacang hijau, dan sawi. Media tanaman campuran antara lain tanah liat, pasir, dan pupuk. Dengan takaran 1:1:1 kemudian diletakkan di tempat yang terang atau ternaungi matahari. Pada saat melakukan laoran praktikum ini, baru hari ke-7 penanaman. Sedangkan pada cara kerja di buku panduan Fisiologi Tumbuhan adalah 2 minggu. Dan kami belum bisa melakukan penimbangan tanah.
Pada praktikum ini, kami juga mengalami kegagalan pada tanggal 29 Maret 2017 dan 5 April 2017. Kegagalan dikarenakan sawi kami mendapatkan terlalu banyak air dikarenakan sering terkena air hujan. Dan tanaman kacang hijau, daunnya diserang seerangga yang mengakibatkan daun pada tanaman kacang hijau habis.
Pada titik layu tanaman, terdapat dua bagian yaitu titik layu sementara dan titik layu permanen/tepi (permanent wilting point), yaitu :
1.      Titik layu sementara
Adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman untuk saat tertentu tidak menyerap air,sehingga tanaman mengalami kelayuan sementara. Pada tumbuhan yang mengalami layu sementara, ditandai dengan layu pada siang dan malam hari tampak segar kembali.
2.      Titik Layu Permanen/Tepi(Permanent Wilting Point)
Adalah kandungan air tanah dimana akar-akar tanaman mulai tidak mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan tetap layu baik pada siang ataupun malam hari. meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman d.itempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air.Hal ini terjadi karena peristiwa plasmolisis.Plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman mati. 
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman karena berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis.
Tanaman memerlukan air sangat banyak. 90% tubuh tanaman merupakan air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesis dan dalam proses-proses hidrolik. Air juga pelarut garam-garam, gas-gas, dan matterial yang ada pada tubuh tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah antara lain adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena  butiran-butirannya  berukuran  lebih  besar,  maka  setiap  satuan  berat (gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur  liat,  karena  lebih   halus   maka   setiap   satuan   berat  mempunyai  luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dibanding tanah bertekstur kasar.
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah(Buckman dan Brady, 1982).
Laju air pada tanaman pada saat musim hujan, karena pada saat musim hujan cahaya matahari juga kecil, maka dari itu transpirasi pada tanaman pun kecil. Jadi, jumlah air dalam tubuh tanaman juga hanya terbuang sedikit. Itulah sebabnya saat musim hujan tanaman tidak perlu disiram. Karena terlalu banyak air mengakibatkan tanaman busuk. Dan sebaliknya, jika musim kemarau, karena insentitas cahaya matahari tinggi, transpirasi juga cepat, maka laju air juga cepat.



BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, tanaman-tanaman tersebut mulai mengalami gejala titik layu pada hari ketujuh setelah tanaman tersebut tumbuh. Kemudian pada hari ke-14 tanaman-tanaman tersebut mengalami titik layu permanen sehingga semua tanaman mati. Hal ini disebabkan karena kurangnya kandungan air pada tanaman. Karena sampai hari ke-14 tanaman tersebut tidak disiram sehingga menggangu jalannya proses metabolisme yaitu fotosintesis. Pada tanaman air merupakan bahan pokok yang digunakan untuk mentransport energi ke seluruh tubuh tanaman.



DAFTAR PUSTAKA
Buckman dan Nyle.C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.
Hanafiah, Kumparg & Sutherland, R.A. 2007. “Spatial variability of 137Cs and influence of sampling on estimates of sediment redistribution”, Catena,  21, Page:57 – 71.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Aka Press.
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online. Fakultas Pertanian Unsri & Program Studi Ilmu Tanaman, Program Magister (S2), Program Pascasarjana, Universitas Sriwijaya
Nurhuda, Nabila. 2015. Laporan Praktikum Penetapan Kadar Air Tanah. www.academia.edu. Diakses pada 21 April 2017 pukul 23.45 WIB
Saridevi, G.A.A.R, I Wayan D Atmaja, I Made Mega. 2013. “Perbedaan Sifat  Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol”.E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika .Vol 2 No 4: 215-217.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Virus pada Tanaman

SOAL UTS DASAR-DASAR ILMU TANAH